SUMENEP, 24 April (Selaksa) – Di sebuah gubuk kecil berdinding bambu di Desa Beringin, Kecamatan Dasuk, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, seorang perempuan bernama Arbami berdiam dalam keheningan yang nyaris ‘abadi’.
Wajahnya selalu murung, tatapan matanya kosong. Rambut lurusnya dibiarkan terurai lusuh. Sudah dua dekade lebih ia lumpuh.
Tak ada yang tahu pasti apa penyakitnya, tak ada pula yang mampu mengurai trauma yang mungkin bersarang di benaknya. Arbami sulit diajak bicara.
“Dia ditinggal mati oleh suaminya. Dia tidak bisa berjalan, akhirnya saya bawa pulang ke sini,” kata Mastuya, adik satu-satunya Arbami.
Arbami hidup tanpa anak. Ia bergantung sepenuhnya pada Mastuya yang juga hidup dalam kekurangan bersama suami dan empat anaknya dengan penghasilan tak menentu.
Meski begitu, Arbami nyaris tak pernah mendapat uluran tangan negara. Tak ada bantuan rumah tidak layak huni (RTLH) maupun Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) yang menyapanya.
“Seingat saya, bantuan untuk kakak saya hanya saat korona (Covid-19). Saya dan kakak mendapat uang Rp 300.000. Sebelumnya dan setelah itu, setelah korona, tidak pernah dapat bantuan apa pun,” tutur Mastuya.
Penelusuran Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (Laziznu) Pengurus Cabang NU Sumenep menguatkan pengakuan Mastuya.
“Memang mereka, Arbami dan Mastuya, tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah,” ucap A Quraisyi, perwakilan Laziznu PC NU Sumenep.
Melihat kondisi Arbami, Quraisyi menilai negara semestinya hadir. “Kebutuhannya jelas: sandang, pangan, dan layanan kesehatan. Ini tanggung jawab negara,” katanya.
Tim Laziznu sempat mencoba pengobatan dengan pendekatan thibbun nabawi atau pengobatan ala Nabi. Tubuh Arbami merespons. Namun, tanpa pendampingan medis dan latihan fisik rutin, kemajuan itu sulit dilanjutkan.
“Ibu Arbami ini mengalami gangguan fisik dan psikis. Kata adiknya, sudah sejak 25 tahun lalu,” ujar Quraisyi. “Kami sudah berkomunikasi dengan warga dan sepakat untuk bantu menghubungkan dengan pemerintah desa, Dinas Sosial, dan pendamping PKH.”
Sebagai bentuk kepedulian awal, Laziznu menyerahkan bantuan sembako, empat ekor ayam, dan sejumlah uang tunai. (Al/Red)