SUMENEP, 14 Maret (Selaksa) – Sore itu, halaman Kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep tampak lebih ramai dari biasanya. Puluhan pedagang menggelar dagangan mereka, menawarkan buah srikaya dengan berbagai ukuran dan tingkat kematangan.
Festival Srikaya ini merupakan salah satu strategi pemerintah daerah untuk mengangkat nilai ekonomi buah yang banyak dibudidayakan di wilayah ini.
Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, dalam sambutannya menyebut festival ini sebagai bentuk dukungan terhadap petani dan pedagang srikaya. Ia berharap momentum bulan Ramadan bisa menjadi keberkahan bagi para pelaku usaha kecil di daerahnya.
“Festival ini bukan sekadar seremonial. Kami ingin pedagang srikaya benar-benar merasakan manfaatnya, terutama di bulan penuh berkah ini,” ujar Fauzi.
Sebagai bentuk dukungan konkret, Bupati Fauzi mengizinkan para pedagang srikaya berjualan di lokasi-lokasi strategis di Sumenep. Selama Ramadan, mereka diizinkan menggelar dagangan di area lapangan Pemkab Sumenep hingga Taman Bunga.
Buah srikaya masih menjadi komoditas musiman. Panen raya biasanya hanya terjadi dalam periode tertentu. Itupun dijual seadanya. Nyaris belum tersentuh inovasi.
Melihat kondisi tersebut, Bupati Fauzi mendorong Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk mencari solusi agar srikaya tidak hanya menjadi buah yang ditunggu-tunggu saat musim panen tiba, tapi juga memiliki nilai jual sepanjang tahun.
“Bisa tidak dipanen setiap bulan, agar tidak menjadi musiman. Kalau tidak, minimal bisa menjadi produk olahan, seperti donat srikaya, puding srikaya, dan lainnya,” tambah dia.
Di sisi lain, Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudporapar) Sumenep, Mohammad Iksan, festival ini melibatkan seluruh instansi pemerintah daerah.
“Dengan melibatkan seluruh instansi untuk melelang srikaya, kami ingin pedagang srikaya dapat terbantu, meningkatkan penghasilan sekaligus mempromosikan produknya,” kata Iksan. (Ron/Red)